SKIZOFRENIA
Pembimbing :
Dr. Hartanto Gondhoyuwono, Sp.KJ (KAR)
Penyusun :
Nur Rashidah Bt Mohd Rashid
030.04.269
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan
Periode 9 AGUSTUS – 9 SEPTEMBER 2010
Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
Jakarta 2010
BAB 1: PENDAHULUAN
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau pecah (split), dan frenia: yang artinya jiwa. dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian.
Dewasa ini ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang pesat dengan diketemukannya mekanisme terjadinya skizofrenia dan obat-obatan anti-skizofrenia, sehingga penderita skizofrenia dapat pulih dan dapat kembali menjalani kehidupan yang normal.
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan “The American Psychiatric Association/APA” di Miami, Florida, Amerika Serikat Sebab di AS angka pasien skizofrenia cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk.
Sebagai perbandingan, di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1/1000 penduduk maka proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk, bahkan bisa lebih besar lagi.
Berdasarkan data di AS:
1. Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;
2. Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel sklerosis, pasien diabetes yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy);
3. 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri);
4. Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya.
Skizofrenia termasuk salah satu gangguan jiwa yang sering dijumpai dalam
masyarakat, dan termasuk penyakit yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Menurut The Global Burden of Disease, a World Health Organization (WHO), skizofrenia merupakan salah satu dari 10 penyebab kelumpuhan kemampuan di dunia di antara umur 15-44 tahun. Dan ini tentu saja menyebabkan kerugian secara ekonomi baik dari efek langsung yaitu biaya pengobatan dan efek tidak langsung yaitu ketidakmampuan untuk bekerja secara produktif. Melihat dari onset umur penderita, skizofrenia menyerang pada masa puncak mereka akan memperoleh pertumbuhan dan produktifitas.
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi( halusinasi), keyakinan yang salah( waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara ( alogia), gangguan aktivitas motorik ( katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi ( afek tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan( anhedonia). Akan tetapi kesadaran serta kemampuan intelektual biasanya tetap dapat dipertahankan, meskipun terjadi defisit kognitif.
Dari sekian banyak konsep yang disertakan pada skizofrenia, diantaranya terhadap konsep skizofrenia menurut Kurt Scheneider (1939). Menurut Scheneider, konsep skizofrenia, tersusun atas dua kelompok yaitu first rank symptoms (gejala-gejala rangking pertama) dan second rank symptoms (gejala-gejala rangking kedua). Kriteria lainnya yaitu menurut Bleuler, yang membedakan menjadi gejala primer dan gejala sekunder utuk mendiagnosis skizofrenia.
Kriteria Kurt Scheneider dan Bleuler untuk mendiagnosis skizofrenia, yaitu :
1. Kriteria Kurt Scheneider, First and Second Rank Symptoms
Skizofrenia berasal dari kata Schizos (pecah-belah), dan Phren (jiwa), yaitu jiwa yang terpecah belah. Sering pula disebut sebagai “Splitting of the mind” atau retaknya jiwa dan kepribadian.
Definisi skizofrenia menurut Kurt Scheneider adalah merupakan gangguan dengan (penyebab), etiologi yang tidak diketahui. Ditandai dengan adanya gejala psikotik yang secara berarti mengganggu atau telah terjadi disharmoni dalam proses pikir, perasaan dan perilaku.
Dari sekian banyak konsep yang disertakan pada skizofrenia, diantaranya terhadap konsep skizofrenia menurut Kurt Scheneider (1939). Menurut Scheneider, konsep skizofrenia, tersusun atas dua kelompok yaitu first rank symptoms (gejala-gejala rangking pertama) dan second rank symptoms (gejala-gejala rangking kedua.
First rank (rangking) Symptoms terdiri dari :
A. Halusinasi pendengaran atau auditorik
B. Gangguan batas ego, meliputi :
1. Tubuh dan gerakan- gerakan penderita dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari
luar.
2. Pikirannya diambil atau disedot keluar.
3. Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikiran itu dimasukkan ke
dalamnya oleh orang lain.
4. Pikirannya diketahui orang lain atau pikirannya disiarkan keluar secara umum.
5. Perasaannya dibuat oleh orang lain.
6. Kemauannya atau tindakannya dipengaruhi oleh orang lain.
7. Dorongannya dikuasai orang lain.
8. Persepsi yang dipengaruhi oleh waham
First rank symptoms dari Scheneider, terutama halusinasi auditorik yang “third order” merupakan ciri khas atau patognomonik untuk skizofrenia.
Halusinasi auditorik “third order” adalah dua orang atau lebih yang membicarakan diri pasien selaku orang ketiga, padahal sebenarnya oran-orang itu tidak ada.
Gejala-gejala urutan pertama menurut Kurt Scheneider :
1. Halusinasi pendengaran
Pada skizofrenia halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hamper tidak dijumpai pada keadaan lain. Suara tersebut dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan.
Misalnya : Halusinasi dengar (Third order pada skizofrenia). Ada suara berdebat antara dua orang yang memperdebatkan penderita atau mengomentari perilaku penderita (selaku orang ketiga) padahal tidak ada orang lain.
2. Gangguan batas ego ( Ego boundary disturbances)
a. Somatic passivity
Tubuh dan gerakan-gerakan penderita dipengaruhi oleh kekuatan dari luar.
Contoh : seseorang merasa yakin bahwa gerakan tubuhnya dipengaruhi oleh hal- hal yang gaib.
b. Thought withdrawal
Pikiran penderita diambil atau disedot keluar
Contoh : pikirannya telah diambil keluar kepalanya.
c. Thought insersion
Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikirannya itu dimasukkan ke
dalam otaknya oleh orang lain.
Contoh : seseorang merasa yakin bahwa buah pikirannya yang bukan berasal
dari dirinya sendiri dimasukkan dari luar ke dalam pikirannya.
d. Thought broadcasting
Pikirannya diketahui oleh orang lain atau pikirannya itu disiarkan keluar secara
umum.
Contohnya : seseorang merasa yakin bahwa pikirannya dapat disiarkan dari
kepalanya ke dunia luar sehingga orang lai tahu atau
mendengarnya. Misalnya melalui televisi, radio, koran, dan
lain-lain.
e. Made-feeling
Perasaannya dibuat oleh orang lain.
f. Made-impuls
Kemauannya atau tindakannya atau seolah-olah dipengaruhi oleh orang lain.
Second rank symptoms dari Scheneider terdiri dari :
1. Kelainan persepsi.
2. Ide delusional mendadak.
3. Kegalauan atau kebingungan (preplexity)
4. Perubahan suasana perasaan depresif dan euforik.
5. Perasaan pemiskinan emosional.
Gejala-gejala rangking kedua skizofrenia (Second rank symptoms of schizophrenia) menurut Kurt Scheneider adalah gejala-gejala sekunder skizofrenia yang merupakan gejala-gejala tambahan dan tidak khas untuk skizofrenia.
Gejala-gejala rangking kedua skizofrenia terdiri dari :
1. Kelainan persepsi
Persepsi adalah daya mengenal kualitas hubungan serta perbedaan suatu benda melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan, yaitu setelah panca inderanya mendapat rangsangan. Keadaan ini terjadi pada keadaan sadar atau dalam keadaan bangun.
Gangguan persepsi terdiri dari :
a. Halusinasi
b. Ilusi
c. Derealisasi
d. Depersonalisasi
2. Ide delusional mendadak
Delusi atau waham adalah keyakinan yang patologis, tidak dapat dikoreksi,
walaupun telah ditunjukkan bukti-bukti yang nyata dan di luar jangkauan sosial
budayanya.
Dasar terbentuknya wahan bersebab pada kelainan atau penyimpangan dari proses
pikir.
Ide delusional mendadak atau ide waham mendadak, masuk ke dalam kelompok
waham atau delusi menurut proses terjadinya waham dalam bentuk primer.
Waham atau delusi primer disebut juga sebagai penghayatan primer (primary
delusion), berbentuk penghayatan terhadap suatu arti baru, yang tidak dapat
ditelusuri berdasarkan peristiwa psikologis yang mendahuluinya.
Waham primer ada tiga jenis :
a. Waham perasaan (delusion mood)
Merupakan suatu penghayatan baru yang muncul dan dialami oleh pasien, tentang ada sesuatu yang terjadi si dekelilingnya oleh pasien, tentang ada sesuatu yang terjadi di sekelilingnya serta berkaitan dengan dirinya, namun dia sendiri tidak dapat mengetahui mengenai hal tersebut.
b. Waham pikiran (delusion ideas)
c. Waham persepsi (delusional perception)
Munculnya arti baru yang berasal dari suatu obyek, yang tidak dimengerti dipandang dari sudut perasaan atau sikap pasien.
Waham – waham yang muncul secara mendadak, biasanya tidak bisa dikoreksi atau tidak logis dan tanpa tilikan (insight).
3. Kebingungan (preplexity)
Keadaan ini merupakan suatu kondisi mental yang ditandai dengan adanya
Kesadaran yang berkabut, diorientasi (meski tidak sehebat pada kebingungan
organik), dan penurunan kemampuan untuk berinteraksi. Sering disertai dengan
aktivitas yang berlebihan dan tampaknya dicetuskan oleh stress emosional.
Kebingungan semacam itu muncul dan dapat diketemukan pada skizofrenia.
4. Perubahan alam perasaan depresif dan euforik.
Dalam alam perasaan atau keadaan afektif, merupakan suatu nada perasaan, yang
menyenangkan ataupun tidak (rasa bangga, kekecewaan, kasih saying yang
menyertai suatu pikiran). Biasanya berlangsung lama, bersifat menetap dan
umumnya tidak disertai dengan komponen fisiologis. Merupakan suatu
kesinambungan yang normal antara sedih dan gembira.
Gangguan mood (alam perasaan), ditandai dengan perasaan abnormal, dari depresi
atau euphoria dengan gambaran psikotik yang terkait dalam beberapa kasus berat.
Depresi adalah nada perasaan yang menyertai pikiran serta berlangsung lama,
disertai dengan komponen psikologis, misalnya rasa sedih, susah, putus asa, tidak
ada harapan, rasa tidak berguna, gagal dan penyesalan yang patologis.
Pada umumnya depresi disertai dengan komponen somatik, seperti anoreksia,
konstipasi, kulit lembab (dingin), tekanan darah atau nadi menurn, timbul
gangguan tidur, semangat bekerja dan nafsu seksual menurun.
Sedangkan euphoria menunjukkan rasa riang, gembira, senang, bahagia yang
berlebihan.
Perubahan mood (alam perasaan) yang terjadi antara mood depresif dan mood
euforik dapat dimasukkan ke dalam tipe afek yang labil, dimana afek berubah-ubah
secara cepa tanpa pengawasan yang baik. Contohnya tiba-tiba marah-marah atau
menangis ataupun tiba-tiba tertawa.
Suasana perasaan yang berubah-ubah dan tidak menetap, berpindah-pindah dari
satu suasana perasaan ke suasana perasaan lain sering disebut sebagai poikilothym.
5. Perasaan pemiskinan emosional
Hal ini merupakan perasaan emosional yang minim dan seadanya. Afek yang tidak semestinya, khas atau tipikal dan diketemukan pada gangguan skizofrenia. Ungkapan atau penampakan emosi pasien terlihat tidak serasi (inappropriate). Kadang-kadang perasaan emosional pasien seperti dibatasi sehingga terlihat diam karena terpaku pada dunianya sendiri (private world). Keadaan seperti ini cenderung menjadi atau dalam keadaan hipomanik.
2. Menurut Bleuler
Dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Gejala primer (4A)
- Autisme
Orang tersebut cenderung menarik diri dari dunia luar dan berdialog dengan dunianya sendiri.
- Afek yang terganggu
Gangguan afek dan emosi berupa penampilan, pendataran dan ketidakserasian.
- Asosiasi yang terganggu
Proses pikir yang terganggu pada umumnya meliputi pelonggaran asosiasi, yaitu ide yang satu belum habis diutarakan sudah muncul ide yang lain, sehingga pembicaraan tidak dapat diikuti atau dimengerti.
- Ambivalensi
Dua hal yang berlawanan dan timbul pada waktu yang bersamaan dan pada satu obyek yang sama.
Selain gejala 4A di atas, beberapa ahli menambahakan adanya gejala A yang lain yang dapat dijumpai pada pasien skizofrenia kronis seperti abulia, menurunnya atensi, apati, alienasi, anhedonia, automatisme dan lain-lain.
b. Gejala sekunder
- Waham
- Halusinasi
- Ilusi
- Depersonalisasi
- Negativism
- Automatisasi
- Echolalia
- Achopraxia
- Mannerism
- Stereotipi
- Fleksibilitas Cerea
- Katalepsi
BAB 2: GEJALA POSITIF DAN NEGATIF
Bagaimana Gejala-gejala Skizofrenia Terjadi
Skizofrenia merupan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjasi proses penyampaian pesan secara kimiawi (neutotranmiter) yang akan meneruskan pesan sekitar otak. Pada penderita skizofrenia, produksi neutrnsmiter dopamin berlebihan, sedangkan kadar dopamin pada bagian lain dari otak terlalu sedikit. Dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang (berlebihan atau kurang) penderita dapat mengalami gejala positif atau negatif.
Penyebab ketidakseimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti sepenuhnya. Pada kenyataannya, awal terjadinya skizofrenia kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut.
Gejala skizofrenia
Skizofrenia memiliki berbagai tanda dan gejala. kombinasi kejadian dan tingkat keparahan pun berbeda-beda berdasarkan individu masing-masing. gejala skizofrenia dapat terjadi kapan saja. gejala pada pria biasanya timbul pada akhir masa kanak-kanak atau awal usia 20-an, sedangkan pada wanita pada usia 20-an atau awal 30-an. Skizofrenia dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaaan dan tingkah laku. Dokter membedakan gejala skizofrenia dalam tiga kategori berikut:
Gejala-gejala Positif Skizofrenia
Delusi/waham
Yaitu kepercayaan/keyakinan yang patologis, yang tidak masuk akal, walaupun telah dibuktikan dengan bukti-bukti yang nyata dan bertentangan dengan norma masyarakat.
Contohnya berpikir bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal, berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu, memiliki keyakinan agama yang berlebihan, sering merasa di ikuti oleh sesorang atau makhluk lain, curiga yang berlebihan, merasa ada seseorang yang berusaha akan membunuh penderita, merasa sebagai orang penting atau berkuasa, merasa sedang dipantau oleh orang melalui monitor sehingga kalau ke WC atau kamar mandi lampu selalu dimatikan, merasa oarng-orang di sekitar bahkan televisi sedang membicarakan dirinya.
Halusinasi
Yaitu mendengar, melihat, merasakan , mencium, mengecap sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suara/bisikan bersifat menghibur atau tidak menakutkan, sedangkan lainnya mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/buruk atau memberikan perintah tertentu. Penderita bisa mendengar suara-suara mengkritik, memerintah, mengejek, atau memuji dirinya.
Ilusi
Penderita salah mempersepsikan sesuatu yang dia dengar, dia lihat, dia cium, atau dia rasakan, misalnya penderita mendengar suara kucing tapi ia mengatakan tadi ia mendengar suara malaikat yang mengatakan sesuatu. Atau penderita melihat baju hitam di lemari tapi mengatakan ada setan di lemari, penderita makan salak tapi ia mengatakan sedang menikmati buah apel dll.
Pikiran Paranoid
Yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang berkomplot, mencoba mencelakai atau mengikuti. Percaya ada mahluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/dibawa ke planet lain.
Pikiran dan bicara kacau
Pola bicara yang kacau; mis, ‘tidak nyambung’, menyambung kata berdasar bunyinya yang tidak ada artinya
Perilaku kacau atau katatonik
Perilaku sangat tidak dapat diramalkan, aneh, dan sangat tidak bertanggung jawab; mis. Tidak bergerak sama sekali dalam waktu lama, tiba-tiba melompat-lompat tanpa tujuan.
Delusi sendiri ada beberapa tipe, lihat PPDGJ III.
Delusi sendiri ada beberapa tipe, lihat PPDGJ III.
TAHAPAN HALUSINASI DAN DELUSI YANG BIASA MENYERTAI GANGGUAN JIWA
Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting :
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
2. Tahap Condeming :
Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (Withdrawal).
3. Tahap Controling :
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering :
Pasien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
Gejala Negatif
Motivasi rendah (low motivation)
Penderita akan kehilangan ketertarikan pada semua aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan, misalnya bangun tidur akan membersihkan rumah merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas,
Alogia
Tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia). Biasanya pasien lebih suka diam dan berbicara sedikit.
Avolition
Tidak mampu melakukan tugas berdasar tujuan tertentu (dalam jangka lama); mis. Tidak mampu mandi sendiri, makan sampai selesai, dll.
Afek datar
Secara emosi tidak mampu memberi respon thd lingkungan sekitarnya; mis. Ketika bicara ekspresi tidak sesuai, tidak ada ekspresi sedih ketika situasi sedih.
Afek tidak serasi
Afeknya mungkin kuat, tetapi tidak sesuai antara pikiran dan pembicaraan pasien.
Afek labil
Dalam jangka waktu pendek, terjadi perubahan afek yang jelas. Emosi pasien cepat berubah dari marah tiba-tiba pasien menangis.
Menarik diri dari masyarakat (Social withdrawal)
Penderita akan kehilangan ketertarikan untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan merasa terisolasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A: Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi ke-7, Bina rupa Aksara, 1997.
2. PPDGJ III, Edisi II, Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI.
3. American Psychiatric Association, Diagnostic Creteria, DSM -IV - TR, 2005.
4. Ilmu kedokteran jiwa (PSIKIATRI), Tony Setiabudhi, 2010